Kamis, 29 Desember 2011

Produk Wine Bali Saingi Wine Impor

Ilustrasi. Foto: truebliss
Ilustrasi. Foto: truebliss
DENPASAR - Wisatawan asing yang gemar menikmati minuman anggur (wine) kini makin banyak tertarik dengan wine lokal berbahan buah asli Bali yang mampu bersaing dengan beragam produk mancanegara.

Sebagai daerah tujuan pariwisata dunia, salah satu produk minuman yang digemari turis saat berlibur ke Bali adalah wine. Tak heran selain dibanjiri minuman beralkohol impor, Bali juga menjadi sasaran beredarnya minuman impor ilegal "Black Market".

Seperti dikeluhkan salah seorang pemain wine di Bali, Gek Ayu Rusmini Lokikawati, tidak hanya berkompetisi dengan minuman impor, para pengusaha wine dihadapkan serbuan minuman ilegal. Sebenarnya, dari sisi kualitas, kata dia, wine lokal tidak kalah dengan wine asing.

"Kalau selama ini, wine dikenal dengan anggurnya, kita justru kaya dengan pilihan jenis buah-buahan tropis," kata Gek Rusmini, pemilik Bali Wein,
Buah asli Bali yang mampu diolah menjadi wine yakni Anggur, Salak, Stroberi, Jahe, jambu mete hingga pisang. Jambu mete misalnya, setelah melewati proses fermentasi menjadi produk wine berkualitas.

Dijelaskan, untuk mengolah buah-buahan tersebut hingga menjadi minuman wine membutuhkan proses fermentasi dan waktu yang cukup lama, bahkan hingga setahun lebih. Hal itu untuk memperoleh rasa wine yang berkualitas serta enak untuk diminum.

"Semakin lama didiamkan setelah selesai fermentasi rasanya akan lebih enak. Harus dicek setiap minggu, hingga kandungan alkohol mencapai 12 persen,” ujar Gek Atyu, sapaan akrabnya.

Kriteria suhu harus mencapai 22 derajat, kalau lebih tidak boleh sebab akan mempengaruhi rasa serta proses produksi minuman wine. Dalam proses fermentasi yang dikontrol juga yaitu baik jenis ragi. Wine membutuhkan ragi khusus karena ragilah penggerak utama fermentasi.

"Wine jambu mete ini aroma dan taste-nya mengena di lidah wisatawan asing seperti dari Rusia dan Korea," kata wanita asal Kabupaten Buleleng ini.

Tak heran jika kini, permintaan wine dari buah tropis yang semuanya dihasillkan petani di Bali, semakin meningkat. Produk wine ini banyak dipasarkan di sejumlah tempat hiburan, restoran hotel hingga outlet ternama di Pulau Dewata.

Demikian pula dari sisi harga, wine lokal mampu bersaing dan relatif terjangkau masyarakat kelas menengah ke atas. Sebut saja, saat ini, pihaknya memproduksi kurang lebih 600 botol isi 175 ml dengan harga bervariasi tergantung jenis wine.

Untuk anggur Rp90 ribu per botol, salak Rp150 ribu, mete Rp100 ribu, dan jahe serta stroberi Rp150 ribu per botol. Saat ini, pemain wine lokal di Bali, masih bisa dihitung dengan jari. Padahal potensi pasar cukup terbuka lebar seiring kian bergairahnya sektor pariwisata di Bali. Di antara pemain wine lokal yang masih bertahan adalah Bali Wein, Singaraja Hill, dan Hatten

sumber :okezone.
 

0 comments:

Posting Komentar